Jumat, 29 Januari 2010

Kerusakan Lingkungan Kalsel Sangat Parah

Kamis, 15 Oktober 2009 23:08 WIB
Penulis : Denny Susanto


BANJARMASIN--MI: Kerusakan lingkungan akibat aktivitas penebangan hutan dan pembukaan areal untuk pertambangan dan perkebunan di Kalimantan Selatan sangat parah.

Sebagian besar kawasan hutan yang menjadi area tangkapan air di sepanjang daerah aliran sungai telah hilang.

Demikian dikemukakan Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kalimantan Selatan (Kalsel) Rahmadi Kurdi di Banjarmasi, Kamis (15/10). "Kondisi kerusakan lingkungan di Kalsel sangat parah, dan harus mendapat perhatian serius dari pemerintah dan semua pihak," katanya.

Berdasarkan hasil pemantauan Tim BLHD, kawasan hutan di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Barito dan DAS Cengal, Batulicin, terjadi kerusakan yang luar biasa. Sebagian besar kawasan hutan rusak akibat berbagai aktivitas, antara lain penebangan, pembukaan areal
pertambangan serta perkebunan.

"Tidak hanya perusahaan besar, masyarakatpun punya andil terhadap kondisi kerusakan lingkungan ini," paparnya. Kerusakan lingkungan ini, membuat sejumlah daerah di Kalsel rawan terjadi bencana kekeringan dan banjir.

Di sisi lain, menurut Rahmadi, upaya pemulihan lingkungan melalui penghijauan yang dilakukan pemerintah dan reklamasi yang dilakukan perusahaan pertambangan berjalan sangat lamban.

Data terakhir yang diterima BLHD Kalsel, dari 16 perusahaan pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B) yang memiliki izin konsesi seluas 236.367 hektare (ha), baru 3.132 ha yang direklamasi dari sekitar 20.000 ha areal bukaan tambang. (DY/OL-01)

Kerusakan Lingkungan Kalsel Memprihatinkan

Headlines | Fri, Nov 27, 2009 at 19:59 | Banjarmasin, matanews.com INDONESIA ENVIRONMENT Gusti Muhammad Hatta/ist.file Menteri Negara Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta mengatakan, kerusakan lingkungan di Kalimantan Selatan semakin memprihatinkan sehingga dikhawatirkan banjir besar akan mengancam daerah seribu sungai ini. “Dalam 15 tahun terakhir permasalahan lingkungan di Kalsel sangat memprihatinkan, akibat kerusakan hutan, pencemaran air dan pencemaran udara yang semakin tidak terkendali,” katanya. Menurut Hatta dalam kunjungan kerja ke Banjarmasin, Jumat, tingkat laju kerusakan hutan akibat alih fungsi lahan, perambahan dan akibat kebakaran hutan pada periode 2003-2007 mencapai 1,174 juta hektare per tahun. Kerusakan tersebut, kata dia, mengakibatkan menurunnya kemampuan tangkapan air di daerah aliran sungai sehingga banjir dan longsor semakin sering terjadi. Ia mengatakan, selama 2007 di Kalsel telah terjadi banjir sebanyak 32 kali, pada 2008 dan 2009 jumlah tersebut diperkirakan semakin banyak akibat pendangkalan sungai dan aktivitas penebangan dan alih fungsi lahan yang belum bisa diatasi. Kondisi tersebut, kata dia, diperparah dengan menurunnya fungsi dan daya guna sungai akibat aktivitas domestik, industri dan usaha skala kecil sehingga air sungai berbahaya untuk dikonsumsi. “Di Banjarmasin banyak bengkel kelotok yang beraktivitas di pinggiran sungai, bila limbahnya dibuang begitu saja ke sungai, akan membuat air sungai mengandung zat beracun merkuri yang sangat membahayakan bagi tubuh,” katanya. Mengatasi kondisi tersebut, kata dia, di Kalsel telah dilakukan berbagai program yaitu program Adipura, program kali bersih, proper atau penilaian pengelolaan lingkungan perusahaan dan program langit biru. Selain itu, tambah Hatta, juga telah dibangun instalasi pengolahan air limbah (IPAL) industri batik sasirangan skala kecil serta pembangunan TPS-3R sampah serta pembangunan IPAL domestik komunal. Sedangkan untuk program rehabilitasi hutan, kata dia, pihaknya telah bekerja sama dengan Departemen Kehutanan untuk melakukan penanaman pohon diantaranya program penanaman pohon 10 ribu di lahan seluas tiga hektare. Dengan penanaman tersebut, Hatta berharap akan menjadi contoh bagi masyarakat luas untuk mengembangan program penanaman pohon minimal satu orang satu pohon. Kepala Biro Ekonomi Pemprov Kalsel Arbain mengatakan, rehabilitasi hutan di Kalsel selama ini banyak yang gagal, karena Departemen Kehutanan hanya mengejar luasan tanpa memikirkan pemeliharaan. “Banyak pohon yang selesai ditanam kemudian mati karena tidak dipelihari, seharusnya sistem ini harus diubah,” katanya. Seharusnya kata dia, pemerintah jangan hanya mengejar luasnya lahan yang ditanami tetapi juga pemeliharaan hingga pohon tersebut tumbuh subur, sehingga dana yang dikeluarkan untuk penanaman tidak sia-sia.(*an/z)

Rabu, 13 Januari 2010

Kadipa Jelajahi Meratus

Selasa, 29 Agustus 2006


MARTAPURA – Organisasi Pecinta Alam (Orpala) Kadipa, yang bersekretariat di Jl Demang Leman Kelurahan Pasayangan Martapura, Senin (28/8) melakukan Ekpedisi Jelajah Meratus. Hal ini mereka lakukan untuk mendapatkan data dan dokumentasi tentang keberadaan flora dan fauna, khususnya keberadaan hewan bernama Lutung Dahi Putih yang banyak terdapat di Pegunungan Meratus.

Maulidin yang didapuk sebagai ketua tim mengungkapkan pada wartawan bahwa ekpedisi yang mereka lakukan kali ini akan menargetkan, menemukan habitat hewan Lutung Dahi Putih, yang dalam penelitian sebelumnya banyak terdapat di pegunungan Meratus. “Kami akan melakukan pendataan, dan mengambil gambar sebagai dokumentasi dan bukti bahawa hewan itu ada,” kata Maulidin.

Tidak hanya itu, Kadipa juga berencana mengumpulkan data berbagai macam binatang yang hidup di pegunungan Meratus, dan juga mendata berbagai macam jenis tumbuhan, yang tergolong langka.

Tim Ekpedisi Jelajah Meratus akan memulai pendakian di Gunung Batu Besar yang terdapat di Barabai, kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) yang turun di kota Kandangan kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) dilanjutkan dengan menaiki wilayah obyek wisata Loksado untuk menuju Balai Malaris, yang nanti akan diteruskan menuju Desa Paramasan Bawah Kabupaten Banjar. “Dalam ekpedisi semua flora dan fauan yang kami temukan akan didata,” ujarnya.

Dalam ekpedisi ini, mereka akan menghabiskan waktu sekitar 12 hari untuk melalui pegunungan yang terdapat di 3 kabupaten. Tim akan menyusuri dari satu gunung ke gunung lainya dengan berjalan kaki. “Mudah-mudahan tidak ada rintangan dalam pendakian ini,” katanya.

Ketua SAR Kabupaten Banjar, Drs Rusmiadi saat melepas secara resmi keberangkatan tim ekpedis berpesan, supaya anggota tim menjaga keselamatan, dan juga menjaga kesehatan agar nantinya kembali ke daerah dengan membawa banyak manfaat.(spn)