Senin, 11 Mei 2015

Orpala Kadipa, Sejarah Pencinta Alam Indonesia (Bagian III)

ORPALA KADIPA, Tentu secara umum, hampir semua kalangan telah mengetahui, keciatan Pecinta Alam termasuk dalam kegiatan yang mempunyai resiko tinggi (high risk activity). Kegiatannya pun lebih sering dilakukan di alam bebas (outdoor activity). Sebagian besar kelompok Pecinta Alam memiliki kegiatan pokok dalam bidang kegiatan alam bebas seperti pendakian gunung, pemanjatan tebing, penelusuran gua, jelajah hutan, penelusuran sungai, penyusuran pantai, dan arung jeram.

Kegiatan-kegiatan tersebut didukung dengan pengetahuan dan kegiatan penunjang seperti pengetahuan tentang orientasi medan (navigasi), pengetahuan survival, ketrampilan tali-temali, pengepakan peralatan, penguasaan PPPK, dan pengetahuan sekaligus ketrampilan mengenai SAR.
Sebagai materi atau teori penunjang, maka akan banyak membantu, sangat diperlukan kemampuan tersebut guna menghindari atau mengurangi risiko yang sangat mungkin terjadi.

Di samping itu, Pecinta Alam wajib didukung dengan pengetahuan dan kegiatan dalam bidang lingkungan hidup seperti konservasi alam, penghijaun, bersih lingkungan, dan sebagainya.

Tak hanya itu, Kegiatan Pecinta Alam seyohgiannya bermanfaat bagi masyarakat seperti bakti sosial, penelitian sosial, penyuluhan, dan sebagainya. Terakhir adalah kegiatan yang bersifat organisatoris seperti manajemen organisasi, regenerasi keanggotaan, kaderisasi anggota, pengembangan SDM bagi anggota, dan seterusnya.

Tentu sudah sangat jelas, Pecinta Alam menjadi kegiatan positif, memiliki arti serta peran yang sangat bermanfaat bagi pengembangan pribadi, orang lain dan masyarakat.

1.Take nothing, but pictures [jangan ambil sesuatu kecuali gambar]
2.Kill nothing, but times [jangan bunuh sesuatu kecuali waktu]
3.Leave nothing, but foot-print [jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak kaki] dan senantiasa, (bersambung)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan dilihat, tapi silahkan berkomentar. Terimakasih, Salam Lestari..